PENGALAMAN BELAJAR
PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR
Anak usia sekolah dasar berada pada
tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan
perilaku belajar sebagai berikut:
-
Mulai memandang dunia secara objektif,
bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang
unsur-unsur secara serentak,
-
Mulai berpikir secara operasional,
-
Mempergunakan cara berpikir operasional
untuk mengklasifikasikan berbagai hal,
-
Membentuk dan mempergunakan
keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan
hubungan sebab akibat, dan
-
Memahami konsep substansi, pembelajaran
sesuai materi pelajarannya.
Memperhatikan tahapan perkembangan
berpikir tersebut, kecenderungan belajar anak usia sekolah dasar memiliki tiga
ciri, yaitu:
1)
Konkrit
Konkrit mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang
konkrit yakni yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak atik,
dengan titik penekanan pada pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih
bermakna dan bernilai, sebab peserta didik dihadapkan dengan peristiwa dan
keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami, sehingga lebih nyata, lebih
faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai
contoh dalam permainan bola kecil di pelajaran pendidikan jasmani, anak di
hadapkan pada situasi, melihat contoh permainan yang di contohkan guru atau
temannya, mendengarkan aturan permainan yang akan di patuhi, meraba objek bola
sebagai media pembelajaran, dan mencoba bekerja sama dengan teman-tamannya saat
memainkan permainan bola kecil.
2)
Integratif Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang
sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu
memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara
berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian. Sebagai contoh dalam dalam permainan bola
kecil pada pelajaran pendidikan jasmani, usia sekolah dasar diarahkan melalui
permainan bola kecil ini, sebagai dasar konsep gerak dinamis untuk tumbuh
kembang jasmani yang lebih baik dari sebelumnya, belum masuk kepada konsep
gerak halus yang di lakukan oleh usia anak sekolah pada jenjang berikutnya.
3) Hierarkis Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak
belajar berkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal
yang lebih kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antar materi, dan cakupan keluasan serta
kedalaman materi. Sebagai contoh dalam dalam permainan bola kecil pada
pelajaran pendidikan jasmani, usia sekolah dasar diarahkan melalui permainan
bola kecil ini bertahap mulai dari belajar cara memegang bola, cara melempar
bola, dan cara menangkap bola, sampai pada tahapan kematangan untuk siap
melakukan dan memainkan permainan dengan pola yang lebih kompleks dengan aturan
yang berlaku di dalamnya.
Dari berbagai sumber
#hyr_sdngintung
No comments:
Post a Comment