PENERAPAN
PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA BAHAN AJAR
PENGUKURAN PANJANG DI KELAS III SEKOLAH DASAR (SD)
oleh
Melasari
Suryana
SDN GINTUNG 2016
Abstrak : Penerapan
Pendekatan Pembelajaran Contextual
Teaching Learning (CTL) pada Bahan ajar Pengukuran Panjang di Kelas III
Sekolah Dasar (SD).
Pendekatan
Contextual Teaching Learning (CTL)
merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan pembelajaran yang dilakukan
menjadi lebih bermakna. Siswa tidak hanya hapal konsep-konsep yang dipelajari
tetapi mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tugas guru dalam
pembelajaran kontekstual membantu siswa memperoleh pengalaman dan menemukan
pengetahuan atau keterampilan baru. Penerapan pendekatan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan aplikabel siswa di kelas III SD. Seperti yang diketahui
bahwa sebagian besar siswa hanya hapal terhadap konsep materi tanpa bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Bahan ajar pada pembelajaran ini
yaitu pengukuran Panjang. Bahan ajar ini sering ditemui dalam kehidupan siswa,
maka sangat penting bagi siswa untuk benar-benar memahami materi ini. Pada
pembelajaran materi ini siswa akan diminta untuk melakukan pengukuran secara
langsung terhadap benda-benda di sekitar dengan menggunakan alat ukur panjang.
Kata Kunci : CTL, Pengukuran
Panjang.
A. PENDAHULUAN
1.
Identifikasi
Masalah
Proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar siswa. Saat ini banyak siswa hanya mengerti bahan ajar pada
saat pembelajaran berlangsung saja artinya hasil belajar yang diperoleh tidak
berlangsung lama hanya sesaat saja, padahal bahan ajar yang dipelajari siswa
harus benar-benar dipahami siswa sehingga dapat bertahan lama karena tujuan
akhirnya yaitu agar siswa dapat mengaplikasikan bahan ajar tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Begitupun pada mata pelajaran matematika khususnya pada bahan ajar
pengukuran panjang. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari tidak
terlepas dari pengukuran panjang, saat mengukur benda tentunya kita menggunakan
pengukuran panjang. Terdapat beberapa alat ukur untuk mengetahui ukuran
panjang, alat ukur ini sering kita temui dan kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Alat ukur yang digunakan tentu harus sesuai dengan fungsinya,
jangan sampai alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan fungsinya. Oleh
karena itu bahan ajar pengukuran panjang ini harus benar-benar dipahami oleh
siswa agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
sejalan dengan tujuan matematika di jenjang pendidikan dasar diantaranya yaitu
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Analisis
Masalah
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa hasil
pembelajaran matematika pada siswa SD masih perlu dikembangkan. Sebagian besar
siswa tidak dapat mengaplikasikan bahan ajar yang telah dipelajarinya di dalam
kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Windayana (dalam
Rostiawati) mengungkapkan bahwa “pembelajaran matematika masih berorientasi
pada pengembangan aspek kognitif yang mentransfer pengetahuan dari guru ke
siswa yang diikuti latihan-latihan untuk membentuk kemampuan sesaat”. Proses pembelajaran yang demikian tentunya
tidak dapat membuat siswa memiliki kemampuan aplikabel yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran yang berorientasi pada
penguasaan bahan ajar hanya berhasil dalam waktu yang tidak lama, tetapi siswa
hanya paham mengenai bahan ajar tersebut saat pembelajaran saja dan tidak
membuat siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
3.
Alternatif
Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi kondisi di atas maka diperlukan
sebuah Pendekatan pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran menjadi
lebih bermakna, siswa tidak hanya dijadikan objek saja tetapi guru harus bisa
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa, guru harus mampu membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk mengetahui masalah dalam kehidupan nyata. Selain itu guru dituntut
dapat memilih Pendekatan pembelajaran yang memacu semangat setiap siswa untuk
secara aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya.
Pendekatan pembelajaran CTL merupakan salah satu
alternatif Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan agar siswa memiliki kemampuan
aplikabel yaitu siswa tidak hanya menguasai konsep-konsep matematika, siswa
juga harus menghubungkan dan menggunakan konsep-konsep tersebut dengan situasi
dunia nyata.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dipaparkan maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu bagaimana penerapan Pendekatan
pembelajaran Contextual Teaching Learning
(CTL) pada bahan ajar pengukuran panjang di kelas iii sekolah dasar (SD)?
5.
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari artikel ilmiah non penelitian ini yaitu
untuk memaparkan penerapan Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada bahan ajar pengukuran
panjang di kelas III sekolah dasar (SD).
6.
Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan artikel ini yaitu bagi siswa
memiliki kemampuan aplikabel, bagi guru menumbuhkan kreatifitas dengan
penggunaan Pendekatan pembelajaran CTL dalam bahan ajar pengukuran panjang,
bagi sekolah meningkatkan pemberdayaan Pendekatan pembelajaran CTL agar hasil
belajar siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan mencoba untuk
diterapkan pada mata pelajaran yang lain.
B. PEMBAHASAN
1.
Konsep
atau Bahan Ajar
Salah satu ruang
lingkup matematika yaitu kemampuan mengukur. Konsep pengukuran sangat penting
dalam kehidupan, salah satunya yaitu pengukuran panjang. Mengukur telah
dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu dengan menggunakan jari, tangan dan
kaki. Pengukuran itu sendiri adalah membandingkan suatu ukuran dengan suatu
ukuran yang lain yang sejenis sebagai patokan. Panjang diartikan sebagai
besaran yang menyatakan jarak dua titik. Satuan panjang adalah meter. Jadi
pengukuran panjang yaitu membandingkan panjang sesuatu dengan panjang sesuatu
yang panjangnya sudah diketahui yang dijadikan sebagai patokan.
Terdapat alat ukur
dalam pengukuran panjang yaitu alat ukur baku dan alat ukur tidak baku. Alat
ukur baku diantaranya yaitu metelin, rol meter, mistar, dan strature meter
(pengukur tinggi). Sedangkan alat ukur tidak bakudiantaranya yaitu jari,
tangan, dan kaki. Satuan dalam pengukuran panjang pun ada yang baku dan tidak
baku. Satuan panjang yang baku yaitu kilo meter (km), hekto meter (hm), deka
meter (dam), meter (m), desi meter (dm), centi meter (cm), mili meter (mm).
Adapun satuan panjang tidak baku yaitu jengkal, depa, hasta dan langkah.
2.
Strategi
atau Pendekatan
Elaine B. Johnson (dalam dalam Rusman, 2012 hlm. 187)
mengemukakan bahwa “ pembelajaan kontekstual adalah sebuah sistem yang
merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Selain itu juga
pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan
otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan
konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi pembelajaran kontekstual
merupakan usaha membaut siswa menjadi lebih aktif algi dalam kelas, siswa juga
tidak hanya memahami materi dalam waktu yang singkat tapi siswa dapat
menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
juga dikatakan oleh Sanjaya (dalam Rostiawati) bahwa belajar dalam CTL bukan
hanya duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses
pembelajaran secara langsung. CTL adalah suatu strategi pmbelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi
yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata,
sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Sementara Blanchard (dalam Rostiawati) mengemukakan bahwa pembelajaran
kontektual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan
pengalaman sesungguhnya. Dengan demikian inti dari Pendekatan CTL adalah
keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk
mengaitkannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, selain materi yang
dipelajari terkait langsung dengan kondisi faktual, juag bisa disisasati dengan
pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dal lain sebagainy.
Dengan demikian pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna.
Pembelajaran CTL pun dikemukakan oleh Howey R. dan Keneth (dalam
Rusman, 2012 hlm. 189-190) bahwa:
“Contextual Teaching is
teaching that enables learning in wich student employ their academic
understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to
solve simulated or real world problems, both alone and with others”
(CTL adalah
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam
dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun
nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).
Adapun menurut Nurhadi
(dalam Rusman, 2012 hlm. 190) CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu
guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. Jadi pembelajaran melalui CTL mengajar bukan hanya
transfer informasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahapal
sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Dengan
demikian pembelajran akan lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran CTL
memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang mendasarinya, yaitu
konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi,
dan penilaian. Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a.
Konstruktivisme
(Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran
dengan model ini padabdasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.
b.
Inkuiri
(inquiry)
Inkuiri merupakan proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Dengan demikian, dalam proses pembelajaran guru hendaknya merancang kegiatan
yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
c.
Bertanya
(questioning)
Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab pertanyaan.
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
model CTL, guru harus dapat memancing dan mendorong agar siswa dapat menemukan
sendiri materi yang dipelajarinya melalui pertanyaan-pertanyaan.
d.
Masyarakat
Belajar (Learning Community)
Vygotsky (dalam Rostiawati) menyatakan bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang
banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa suatu
permasalahan tidak mungkin dapat
dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep pembelajarn
CTL menyarankan agar pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang
lain yang dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Hasil belajar dapat
diperoleh dari hasil sharing antar
teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu, sehingga
dapat saling membagi.
e.
Pemodelan
(Modelling)
Pemodelan dalam konsep
CTL berarti proses pembelajaran
dengan memperagakan sesuatu sebagai
contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran CTL, guru bukan
satu-satunya model, tetapi dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalnya,
siswa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
f.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang
lalu. Dalam pembelajaran CTL, setiap akhir kegiatan guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengingat kembali apa-apa yang telah dipelajarinya dengan
menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.
g.
Penilaian
Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata berarti
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara
terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus
selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga penekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahapan pembelajaran
CTL seperti yang telah dikemukakan di atas, maka guru dapat mengembangkan
asas-asas tersebut ke dalam proses pembelajaran
di kelas dengan menyusunnya ke dalam skenario pembelajaran atau langkah-langkah
kegiatan pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.
Implementasi
Pendekatan CTL
Setelah menentukan pendekatan yang akan digunakan, tentunya
harus ada implementasi dari penggunaan pendekatan tersebut. Berikut merupakan
implementasi pendekatan CTL pada bahan ajar pengukuran panjang di Kelas 3 SD.
Awal pembelajaran guru mengarahkan siswa agar siap dalam
mengikuti proses pembelajaran. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan
melakukan apersepsi terhadap siswa tentang hal yang behubungan dengan bahan
ajar pengukuran panjang. Guru dapat bertanya kepada siswa mengenai tinggi badan
mereka.
Selanjutnya guru dapat mengkonstruk pengetahuan yang telah
dimiliki siswa mengenai tinggi badan mereka. Seperti guru dapat bertanya
“dengan cara apa kalian dapat mengetahui tinggi badan kalian?” maka akan muncul
beberapa jawaban dari siswa sesuai dengan pengalamannya. Dalam hal ini mungkin
beberapa siswa belum tahu tinggi badan mereka.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berkelompok, setiap
kelompok terdiri dari 4-5 orang. Setelah itu guru meyediakan alat ukur panjang
berupa penggaris, metelin, rol meter, dan pengukur tinggi badan untuk dibagikan
ke setiap kelompoknya.
Guru meminta siswa untuk mengukur tinggi badan teman satu
kelompoknya, panjang buku, pita, dan panjang kaki meja dengan menggunakan alat
ukur yang telah dibagikan. Siswa bebas memilih alat ukur mana yang digunakan
untuk mengukur benda-benda tadi. Dalam hal ini siswa secara langsung
melaksanakan pengukuran terhadap benda. Selain itu guru juga meminta siswa
untuk mencatat hasil pekerjaannya, dengan format seperti berikut:
Nama
Teman
|
Nama
Benda
|
Hasil
Pengukuan
|
Ketika proses pengukuran berlangsung maka siswa akan mengetahui
alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan fungsingya, contohnya saat mengukur
buku maka alat ukur apa yang harus digunakan? Atau saat mengukur pita maka alat
apa yang harus digunakan?
Setelah siswa selesai melakukan pengukuran terhadap teman dan
benda yang diminta, selanjutnya guru meminta perwakilan dari setiap kelompok
untuk menyampaikan informasi yang telah mereka dapatkan. Guru dapat melakukan
klarifikasi jika terdapat kesalahan.
Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembeajaran yang
telah dilakukan. Selanjutnya guru meminta siswa mengerjakan tugas yang
diberikan secara mandiri. Tugas yang diberikan berkenaan dengan kegunaan alat
ukur serta cara penggunaannya.
C. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru, siswa dan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku terhadap siswa. Selain
itu pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan dan memberdayakan poteni
yang dimiliki siswa agar siswa mempunyai kompetensi, keterampilan, dan
kemampuan. Salah satunya kemampuan pemecahan aplikabel, yaitu siswa dapat
mengaitkan dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya dalam kehidupan
sehari-hari . Agar tujuan tersebut
tercapai maka diperlukan penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu
pendekatan CTL.
Pendekatan CTL merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa
dapat menguhubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan
sehari-hari untuk menemukan makna. Pembelajaran
CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa tidak hanya
menghapal konsep-konsep yang diberikan tetapi siswa
Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas
yang mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat
belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
2.
Rekomendasi
Sebagai calon guru maupun guru ketika akan melakukan proses
pembelajaran maka perlu diperhatikan dalam pemilihan Pendekatan pembelajaran,
hal tersebut sangat penting karena untuk menentukan Pendekatan yang sesuai
dengan bahan ajar dan tujuan dari pembelajaran. Tidak seharusnya guru
menempatkan siswa sebagai objek saja, tetapi sebaiknya Pendekatan pembelajaran
yang dipilih dapat membuat siswa aktif dan bersemangat di dalam kelas sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan
hasilnya belajarnya pun menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
Rostiawati, T. dan Maulana. Penerapan Model Pembelajaran CTL pada
Bahan Ajar Geometri dan Pengukuran di Sekolah Dasar.
Suwangsih, E. (2006). Model Pembelajaran
Matematika. Edisi Kesatu. Bandung : UPI Press
Peraturan Rektor Universitas Pendidika
Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI Press.
Rusman. (2012). Pendekatan-Pendekatan
Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
No comments:
Post a Comment