Wahana publikasi Sekolah Dasar Negeri Gintung Kecamatan Sukaraja Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat 43192 Phone/Fax:(0266) 263 594 sdngintung@yahoo.co.id sdngintung@gmail.com

Wednesday, November 30, 2016

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA BAHAN AJAR PENGUKURAN PANJANG DI KELAS III SEKOLAH DASAR (SD)
oleh
Melasari Suryana
  SDN GINTUNG 2016

Abstrak : Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada Bahan ajar Pengukuran Panjang di Kelas III Sekolah Dasar (SD).
Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna. Siswa tidak hanya hapal konsep-konsep yang dipelajari tetapi mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual membantu siswa memperoleh pengalaman dan menemukan pengetahuan atau keterampilan baru. Penerapan pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan aplikabel siswa di kelas III SD. Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar siswa hanya hapal terhadap konsep materi tanpa bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Bahan ajar pada pembelajaran ini yaitu pengukuran Panjang. Bahan ajar ini sering ditemui dalam kehidupan siswa, maka sangat penting bagi siswa untuk benar-benar memahami materi ini. Pada pembelajaran materi ini siswa akan diminta untuk melakukan pengukuran secara langsung terhadap benda-benda di sekitar dengan menggunakan alat ukur panjang.
Kata Kunci : CTL, Pengukuran Panjang.


A.      PENDAHULUAN
1.         Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Saat ini banyak siswa hanya mengerti bahan ajar pada saat pembelajaran berlangsung saja artinya hasil belajar yang diperoleh tidak berlangsung lama hanya sesaat saja, padahal bahan ajar yang dipelajari siswa harus benar-benar dipahami siswa sehingga dapat bertahan lama karena tujuan akhirnya yaitu agar siswa dapat mengaplikasikan bahan ajar tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun pada mata pelajaran matematika khususnya pada bahan ajar pengukuran panjang. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari tidak terlepas dari pengukuran panjang, saat mengukur benda tentunya kita menggunakan pengukuran panjang. Terdapat beberapa alat ukur untuk mengetahui ukuran panjang, alat ukur ini sering kita temui dan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur yang digunakan tentu harus sesuai dengan fungsinya, jangan sampai alat ukur yang digunakan tidak sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu bahan ajar pengukuran panjang ini harus benar-benar dipahami oleh siswa agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan tujuan matematika di jenjang pendidikan dasar diantaranya yaitu mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari.
2.         Analisis Masalah
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa hasil pembelajaran matematika pada siswa SD masih perlu dikembangkan. Sebagian besar siswa tidak dapat mengaplikasikan bahan ajar yang telah dipelajarinya di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan oleh Windayana (dalam Rostiawati) mengungkapkan bahwa “pembelajaran matematika masih berorientasi pada pengembangan aspek kognitif yang mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa yang diikuti latihan-latihan untuk membentuk kemampuan sesaat”.  Proses pembelajaran yang demikian tentunya tidak dapat membuat siswa memiliki kemampuan aplikabel yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Proses pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan bahan ajar hanya berhasil dalam waktu yang tidak lama, tetapi siswa hanya paham mengenai bahan ajar tersebut saat pembelajaran saja dan tidak membuat siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3.         Alternatif Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi kondisi di atas maka diperlukan sebuah Pendekatan pembelajaran yang tepat agar proses pembelajaran menjadi lebih bermakna, siswa tidak hanya dijadikan objek saja tetapi guru harus bisa menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, guru harus mampu membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk mengetahui masalah dalam kehidupan nyata. Selain itu guru dituntut dapat memilih Pendekatan pembelajaran yang memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya.
Pendekatan pembelajaran CTL merupakan salah satu alternatif Pendekatan pembelajaran yang memungkinkan agar siswa memiliki kemampuan aplikabel yaitu siswa tidak hanya menguasai konsep-konsep matematika, siswa juga harus menghubungkan dan menggunakan konsep-konsep tersebut dengan situasi dunia nyata.
4.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu bagaimana penerapan Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada bahan ajar pengukuran panjang di kelas iii sekolah dasar (SD)?
5.         Tujuan Penulisan
Tujuan dari artikel ilmiah non penelitian ini yaitu untuk memaparkan penerapan Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada bahan ajar pengukuran panjang di kelas III sekolah dasar (SD).
6.         Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan artikel ini yaitu bagi siswa memiliki kemampuan aplikabel, bagi guru menumbuhkan kreatifitas dengan penggunaan Pendekatan pembelajaran CTL dalam bahan ajar pengukuran panjang, bagi sekolah meningkatkan pemberdayaan Pendekatan pembelajaran CTL agar hasil belajar siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan mencoba untuk diterapkan pada mata pelajaran yang lain.



B.       PEMBAHASAN
1.         Konsep atau Bahan Ajar
Salah satu ruang lingkup matematika yaitu kemampuan mengukur. Konsep pengukuran sangat penting dalam kehidupan, salah satunya yaitu pengukuran panjang. Mengukur telah dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu dengan menggunakan jari, tangan dan kaki. Pengukuran itu sendiri adalah membandingkan suatu ukuran dengan suatu ukuran yang lain yang sejenis sebagai patokan. Panjang diartikan sebagai besaran yang menyatakan jarak dua titik. Satuan panjang adalah meter. Jadi pengukuran panjang yaitu membandingkan panjang sesuatu dengan panjang sesuatu yang panjangnya sudah diketahui yang dijadikan sebagai patokan.
Terdapat alat ukur dalam pengukuran panjang yaitu alat ukur baku dan alat ukur tidak baku. Alat ukur baku diantaranya yaitu metelin, rol meter, mistar, dan strature meter (pengukur tinggi). Sedangkan alat ukur tidak bakudiantaranya yaitu jari, tangan, dan kaki. Satuan dalam pengukuran panjang pun ada yang baku dan tidak baku. Satuan panjang yang baku yaitu kilo meter (km), hekto meter (hm), deka meter (dam), meter (m), desi meter (dm), centi meter (cm), mili meter (mm). Adapun satuan panjang tidak baku yaitu jengkal, depa, hasta dan langkah.
2.         Strategi atau Pendekatan
Elaine B. Johnson (dalam dalam Rusman, 2012 hlm. 187) mengemukakan bahwa “ pembelajaan kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Selain itu juga pembelajaran kontekstual merupakan suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi pembelajaran kontekstual merupakan usaha membaut siswa menjadi lebih aktif algi dalam kelas, siswa juga tidak hanya memahami materi dalam waktu yang singkat tapi siswa dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga dikatakan oleh Sanjaya (dalam Rostiawati) bahwa belajar dalam CTL bukan hanya duduk, mendengarkan dan mencatat, tetapi belajar adalah proses pembelajaran secara langsung. CTL adalah suatu strategi pmbelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan nyata. Sementara Blanchard (dalam Rostiawati) mengemukakan bahwa pembelajaran kontektual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Dengan demikian inti dari Pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya dapat dilakukan dengan berbagai cara, selain materi yang dipelajari terkait langsung dengan kondisi faktual, juag bisa disisasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dal lain sebagainy. Dengan demikian pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna.
Pembelajaran CTL pun dikemukakan oleh Howey R. dan Keneth (dalam Rusman, 2012 hlm. 189-190) bahwa:
“Contextual Teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problems, both alone and with others”
(CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar dimana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama).
Adapun menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2012 hlm. 190) CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Jadi pembelajaran melalui CTL mengajar bukan hanya transfer informasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan mengahapal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajran akan lebih bermakna bagi siswa.
Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian. Ketujuh komponen tersebut dijabarkan sebagai  berikut:
a.       Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran dengan model ini padabdasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran.
b.      Inkuiri (inquiry)
Inkuiri merupakan  proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Dengan demikian, dalam proses  pembelajaran guru hendaknya merancang kegiatan yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya.
c.       Bertanya (questioning)
Belajar pada hakikatnya bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan  kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam model CTL, guru harus dapat memancing dan mendorong agar siswa dapat menemukan sendiri materi yang dipelajarinya melalui pertanyaan-pertanyaan.
d.      Masyarakat Belajar (Learning Community)
Vygotsky (dalam Rostiawati) menyatakan  bahwa pengetahuan dan pemahaman anak ditopang banyak oleh komunikasi dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa suatu permasalahan tidak mungkin  dapat dipecahkan sendirian, tetapi membutuhkan bantuan orang lain. Konsep pembelajarn CTL menyarankan agar pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain yang dapat dilakukan melalui kelompok belajar. Hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu dengan yang tidak tahu, sehingga dapat saling membagi.
e.       Pemodelan (Modelling)
Pemodelan  dalam konsep CTL berarti  proses pembelajaran dengan  memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Dalam pembelajaran CTL, guru bukan satu-satunya model, tetapi dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Misalnya, siswa ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalamannya.
f.       Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Dalam pembelajaran CTL, setiap akhir kegiatan guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali apa-apa yang telah dipelajarinya dengan menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
g.      Penilaian Nyata (Authentic Assesment)
Penilaian nyata berarti  proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara terus menerus selama proses pembelajaran berlangsung. Sehingga penekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
Dengan memperhatikan langkah-langkah dan tahapan pembelajaran CTL seperti yang telah dikemukakan di atas, maka guru dapat mengembangkan asas-asas  tersebut ke dalam proses pembelajaran di kelas dengan menyusunnya ke dalam skenario pembelajaran atau langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam rencana pelaksanaan pembelajaran.
3.         Implementasi Pendekatan CTL
Setelah menentukan pendekatan yang akan digunakan, tentunya harus ada implementasi dari penggunaan pendekatan tersebut. Berikut merupakan implementasi pendekatan CTL pada bahan ajar pengukuran panjang di Kelas 3 SD.
Awal pembelajaran guru mengarahkan siswa agar siap dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi terhadap siswa tentang hal yang behubungan dengan bahan ajar pengukuran panjang. Guru dapat bertanya kepada siswa mengenai tinggi badan mereka.
Selanjutnya guru dapat mengkonstruk pengetahuan yang telah dimiliki siswa mengenai tinggi badan mereka. Seperti guru dapat bertanya “dengan cara apa kalian dapat mengetahui tinggi badan kalian?” maka akan muncul beberapa jawaban dari siswa sesuai dengan pengalamannya. Dalam hal ini mungkin beberapa siswa belum tahu tinggi badan mereka.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berkelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Setelah itu guru meyediakan alat ukur panjang berupa penggaris, metelin, rol meter, dan pengukur tinggi badan untuk dibagikan ke setiap kelompoknya.
Guru meminta siswa untuk mengukur tinggi badan teman satu kelompoknya, panjang buku, pita, dan panjang kaki meja dengan menggunakan alat ukur yang telah dibagikan. Siswa bebas memilih alat ukur mana yang digunakan untuk mengukur benda-benda tadi. Dalam hal ini siswa secara langsung melaksanakan pengukuran terhadap benda. Selain itu guru juga meminta siswa untuk mencatat hasil pekerjaannya, dengan format seperti berikut:
Nama Teman
Nama Benda
Hasil Pengukuan
















Ketika proses pengukuran berlangsung maka siswa akan mengetahui alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan fungsingya, contohnya saat mengukur buku maka alat ukur apa yang harus digunakan? Atau saat mengukur pita maka alat apa yang harus digunakan?
Setelah siswa selesai melakukan pengukuran terhadap teman dan benda yang diminta, selanjutnya guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk menyampaikan informasi yang telah mereka dapatkan. Guru dapat melakukan klarifikasi jika terdapat kesalahan.
Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap pembeajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya guru meminta siswa mengerjakan tugas yang diberikan secara mandiri. Tugas yang diberikan berkenaan dengan kegunaan alat ukur serta cara penggunaannya.

C.      PENUTUP
1.         Kesimpulan
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru, siswa dan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku terhadap siswa. Selain itu pembelajaran juga bertujuan untuk mengembangkan dan memberdayakan poteni yang dimiliki siswa agar siswa mempunyai kompetensi, keterampilan, dan kemampuan. Salah satunya kemampuan pemecahan aplikabel, yaitu siswa dapat mengaitkan dan mengaplikasikan konsep yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari .  Agar tujuan tersebut tercapai maka diperlukan penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat yaitu pendekatan CTL.
Pendekatan CTL merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa dapat menguhubungkan isi mata pelajaran akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Pembelajaran  CTL merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa. Siswa tidak hanya menghapal konsep-konsep yang diberikan tetapi siswa
Pembelajaran CTL memiliki tujuh komponen utama atau asas-asas yang mendasarinya, yaitu konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian
2.         Rekomendasi
Sebagai calon guru maupun guru ketika akan melakukan proses pembelajaran maka perlu diperhatikan dalam pemilihan Pendekatan pembelajaran, hal tersebut sangat penting karena untuk menentukan Pendekatan yang sesuai dengan bahan ajar dan tujuan dari pembelajaran. Tidak seharusnya guru menempatkan siswa sebagai objek saja, tetapi sebaiknya Pendekatan pembelajaran yang dipilih dapat membuat siswa aktif dan bersemangat di dalam kelas sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan  hasilnya belajarnya pun menjadi baik.



DAFTAR PUSTAKA
Rostiawati, T. dan Maulana. Penerapan Model Pembelajaran CTL pada Bahan Ajar Geometri dan Pengukuran di Sekolah Dasar.

Suwangsih, E. (2006). Model Pembelajaran Matematika. Edisi Kesatu. Bandung : UPI Press

Peraturan Rektor Universitas Pendidika Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI. Bandung: UPI Press.


Rusman. (2012). Pendekatan-Pendekatan Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

No comments:

Post a Comment